Metode pembelajaran cerita dan percobaan sains untuk mengembangkan sikap ilmiah pada anak usia dini dibuat untuk memberikan pengalaman main melalui percobaan yang menyenangkan karena diawali cerita sains. Cerita sains yang meliputi pertanian, gejala alam, dan diri sendiri, untuk memberikan gagasan dan ide pada anak sebelum melakukan percobaan. dengan metode ini, diharapkan anak-anak akan termotivasi untuk belajar sains sehingga dapat mengembangkan sikap ilmiah mereka sebagai bekal dalam kehidupannya kelak.Saat anak memasuki SD, kemampuan bercakap sebagai bagian dari berbahasa amat penting dipahami guru dengan baik. Di beberapa daerah ‘Bahasa Ibu’ masih digunakan anak sebelum ia bersekolah. Kemampuan berbahasa dengan menggunakan pengalamannya dalam bergaul sehari-hari di rumah dan di lingkungannya itu memainkan peran dalam tumbuh kembang proses literasi di sekolah. Kekayaan bahasa oral/lisan ini ditunjukkann dengan perolehan jumlah kosakata, yang memiliki peluang untuk dilanjutkan di sekolah sebagai dasar menguatkan kegiatan membaca dan menulis dan semua mata pelajaran lainnya. Ihwal kemampuan berbahasa sehari-hari anak ditunjukkan melalui bercakap dan menyimak. Itulah salah satu unsur literasi dasar yang berfungsi sebagai jembatan untuk menguasai bahasa utama, jika mereka menggunakan bahasa ibu (daerah). Namun yang sering terjadi dalam proses pembelajaran berbahasa di jenjang SD kelas awal, pengalaman sosial berbahasa, persepsi, dan historis anak sering diabaikan, malah dinolkan. Bercakap-cakap sebagai pendekatan dan berbagai teknik pembelajaran memperkaya kosakata anak sering diabaikan kehadirannya.
A. Pentingnya Budaya Melalui Mulok di Sekolah
Kelas adalah miniatur masyarakat. Anak yang datang ke sekolah pasti datang dari berbagai etnis yang ada di Indonesia, seperti Sunda, Betawi, Minang, Jawa, Bugis, Ambon dan sebagainya, yang kemudian melebur dalam sebuah kelas yang multikultural. Inilah keindahan kelas berbahasa yang kita bangun dan tumbuhkan, mampu melakukan koneksi kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa sebagai bangsa Indonesia melalui seni berbahasa yang bernama Bahasa Indonesia. Bahasa ibu (mother tongue), permainan tradisi, bernyanyi, kerajinan tangan diindahkan saat anak memasuki SD. Dari sinilah kelak fungsi proses pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi bermakna dan sebuah kekuatan yang akan merajut aspek sosial emosi yang kelak akan memunculkan kecerdasan siswa yang beragam secara akademik.
..... B. Kekuatan Budaya Muatan Lokal dalam Proses Literasi Menjembatani antara gaya hidup (perikehidupan) di rumah dan sekolah lewat rancangan pembelajaran yang protagonis (kaya budaya dan karakter) harus kita pikirkan. Oleh karena Indonesia adalah negara yang sangat luas, memiliki beragam suku, etnis budaya, bahasa yang terdapat di dalamnya. Bagaimana anak-anak tersebut berkegiatan sehari-hari adalah referensi utama guru dalam merancang pembelajaran. Guru sebagai pengamat yang baik mampu membuat sendiri RPP dengan membumikan kurikulum sesuai kebutuhan anak di mana mereka hidup. ..... Contoh Praktik Budaya di Sekolah A. Pojok Budaya di Dalam Kelas Ada pojok budaya yang memuat aneka permainan tradisional, seperti upih kelapa, ketapel/pelantiang, layang-layang
danguang, peralatan memasak kuno suku Minangkabau seperti batu giling, niru, kukuran kelapa.
Memasuki ruang kelas berbasis budaya memiliki pesona yang kuat. Siswa dipancing untuk menggali kekuatan domestik
yang mereka miliki. Berhimpunnya beragam perangkat (tools) budaya di dalam kelas tentu menjadi media
pembelajaran yang menyenangkan. B. Buku Bacaan Berbasis Budya Lokal Saat ini mulai bermunculan buku berbasis budaya lokal untuk memperkuat gerakan literasi sekolah. Buku bacaan
tersebut bergenre dongeng, buku fiksi, dan nonfiksi. Tentu kita menyambut gembira kehadiran berbagai buku bacaan
tersebut karena membantu tumbuhnya literasi berbasis kontekstual (mulok) dan menguatkan siswa dalam
melangsungkan proses literasi ke arah multiliterasi sesuai dengan tuntutan zaman.
Kehadiran buku-buku cerita anak berbasis budaya lokal akan menampilkan tradisi di lingkungan mereka yang kaya,
mereka akan bangga terhadap diri dan budaya mereka. C. Praktik Budaya dalam kegiatan Ekstrakurikuler Mengajak siswa praktik budaya lokal Minangkabau seperti “makan bajamba”
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat perlu membekali anak dengan keterampilan abad ke-21 agar merekasiap menjadi warga dunia. Keterampilan tersebut meliputi kecakapan literasi dasar, kompetensi abad ke-21, dan karakter. Keenam kecakapan literasi dasar meliputi (1) literasi baca-tulis, (2) numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, dan (6) literasi budaya dan kewargaan. Kecakapan ini dapat ditumbuhkan melalui kegiatan membaca di rumah yang berlangsung dalam suasana hangat dan menyenangkan. Tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan membaca mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas dalam memecahkan masalah, kolaborasi, empati, tertanamnya karakter baik, serta kemampuan berkomunikasi. Untuk itu, orang tua perlu memahami kegiatan yang dapat mereka lakukan untuk menumbuhkan minat anak terhadap kegiatan literasi melalui upaya menciptakan rumah kaya literasi, kegiatan membaca menyenangkan, dan menjalin kemitraan dengan sekolah. Semua upaya ini perlu terjalin secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh anggota keluarga. Belajar membaca bukanlah proses yang sederhana dan alamiah. Agar anak dapat membaca dengan fasih, mereka
harus menguasai lima unsur berikut: (1) pengetahuan tentang huruf, (2) kesadaran tentang fonem (bunyi pembeda
makna), (3) perbendaharaan kosakata, (4) kelancaran membaca, dan (5) pemahaman tentang konten bacaan.
Satu prinsip sederhana dalam menciptakan rumah yang kaya literasi adalah memastikan bahwa anak melihat dan
mengakses sebanyak mungkin bahan bacaan dan materi pendukungnya di rumah. Dengan melihat buku, koran,
majalah, pensil warna, dan alat tulis lainnya, anak terbiasa dan selalu melihat anggota keluarga beraktivitas dengan
semua materi ini. Kebiasaan ini menumbuhkan budaya positif yang membentuk sikapnya. Menciptakan rumah kaya
literasi tak harus menggunakan materi yang mahal. Orang tua hanya perlu meletakkan bahan bacaan di tempat khusus
dan mengajak anak untuk memanfaatkannya. A. Menciptakan Rumah Kaya Literasi Berikut ini beberapa alternatif untuk membuat rumah kaya literasi: 1. Manfaatkan salah satu laci atau lemari untuk menyimpan buku. 2. Letakkan satu keranjang berisi buku di ruang keluarga atau kamar tidur anak. Keranjang buku resep masakan,
misalnya, dapat diletakkan di dapur. 3. Rak buku terletak di ruang keluarga atau ruangan lain tempat keluarga berkumpul. 4. Sudut baca dapat menjadi tempat menyimpan buku, mainan, dan menjadi tempat
mendongeng/bercerita/membacakan buku. 5. Perpustakaan keluarga dapat didesain secara khusus apabila memungkinkan. B. Kegiatan Membaca di Rumah yang Menyenangkan 1. Membacakan Nyaring Kegiatan membacakan nyaring (reading aloud), apabila dilakukan secara terus-menerus, akan meningkatkan
kemampuan menyimak anak untuk kemudian meningkat menjadi keterampilan membaca mandiri. Manfaat lain
dari membacakan nyaring adalah sebagai berikut. a. Menambah dan mengembangkan kosakata. Dengan dibacakan buku sebanyak mungkin, anak mempelajari
kosakata baru dalam beragam konteks. b. Mengenalkan bahasa tulis, yaitu bahasa pada buku. c. Mengenalkan kesadaran tentang materi cetak kepada anak (misalnya, bahwa buku dibaca dari kiri ke kanan, atas
ke bawah, dll). d. Mengenalkan anak kepada kegiatan membaca yang menyenangkan. e. Meningkatkan rentang perhatian dan daya konsentrasi anak. f. Memperkuat kemampuan berpikir anak melalui cerita dan konten informasi yang terdapat dalam buku. g. Membangun kedekatan anak dengan orang tua. h. Membangun empati anak terhadap tokoh cerita atau orang lain. i. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak. 2. Membaca dalam Hati Kegiatan membaca dalam hati, biasa disebut Sustained Silent Reading (SSR) atau Free Voluntary Reading (FVR),
adalah kegiatan membaca mandiri di mana anak bebas menentukan buku yang dibaca sesuai minat dan
kemampuan membacanya. Setiap keluarga dapat menentukan jadwal khusus atau jam membaca di mana semua
anggota keluarga membaca. Apabila perlu, anak dapat diajak untuk mendiskusikan bacaannya. Kegiatan
membaca dalam hati mampu menumbuhkan kecintaan membaca, meningkatkan kemampuan memahami bacaan,
serta membangun kedekatan antar-\anggota keluarga melalui diskusi tentang buku. 3. Berbincang tentang Buku Ketika anak beranjak dewasa, minat mereka terhadap bacaan mungkin akan berkurang. Meskipun demikian, secara
alamiah, seorang anak tetap mengembangkan rasa ingin tahu. Semakin dewasa seorang anak, semakin banyak
dunia baru yang ingin dieksplorasinya. Manfaatkan rasa ingin tahu anak ini dengan menjadi sahabat teman
berbincang yang mengasyikkan. *Tetapkan jadwal rutin untuk mengunjungi perpustakaan, toko buku, atau taman bacaan di sekitar tempat
tinggal Anda. * Ikuti perkembangan minat membaca anak dan jadilah teman diskusi yang baik baginya. Wajar saja apabila
selera bacaan anak sudah mulai spesifik ketika ia beranjak dewasa (hanya mau membaca topik tertentu atau
karya penulis tertentu). Pelajari topik atau gaya penulisan penulis favoritnya tersebut, lalu tawarkan buku-buku
sejenis. * Ajak anak Anda untuk bergabung dalam klub buku atau komunitas pembaca daring. * Jadikan menonton film bioskop atau teve sebagai kegiatan bersama keluarga. Anda dapat mendiskusikan
materi film tersebut dengan rujukan buku-buku yang relevan. * Ajak anak Anda mendiskusikan dan membandingkan film-film yang diangkat dari buku biografi, novel, atau
cerpen dengan membaca bukunya secara langsung. * Ajak anak Anda untuk membaca dan mendiskusikan biografi tokoh-tokoh favoritnya. * Saat akan pergi berlibur, ajak anak Anda untuk merencanakan kegiatan liburan dengan membaca buku-buku
(atau sumber digital) tentang tempat yang akan dikunjungi untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan. * Kembangkan kegiatan favorit di rumah, misalnya prakarya, mempraktikkan resep masakan, juga berolahraga,
dan kembangkan minatnya dengan membaca buku-buku yang relevan.